Asal usul Nama
Nama “Bencoolen” diperkirakan diambil dari sebuah nama bukit di Cullen,
Skotlandia, Bin of Cullen (atau variasinya, Ben Cullen). Penamaan ini kurang berdasar karena bukanlah tabiat
bangsa Melayu untuk menamakan daerahnya dengan nama daerah yang tidak dikenal,
apalagi asal nama itu dari Skotlandia yang jauh disana.
Sumber tradisional menyebutkan bahwa Bengkulu atau Bangkahulu berasal dari
kata ‘Bangkai’ dan ‘Hulu’ yang maksudnya ‘bangkai di hulu’. Konon menurut
cerita, dulu pernah terjadi perang antara kerajaan-kerajaan kecil yang ada di
Bengkulu. dan dari pertempuran itu banyak menimbulkan korban dari kedua belak
pihak di hulu sungai Bengkulu. Korban-korban perang inilah yang menjadi bangkai
tak terkuburkan di hulu sungai tersebut maka tersohorlah sebutan Bangkaihulu
yang lama-kelamaan berubah pengucapan menjadi Bangkahulu atau Bengkulu.
Penamaan seperti ini mirip dengan kisah perang antara pasukan Majapahit dengan
pasukan Pagaruyung di Padang Sibusuk, daerah sekitar bekas wilayah kerajaan
Dharmasraya, yang juga mengisahkan bahwa penamaan Padang Sibusuk itu dari
korban-korban perang yang membusuk di medan perang.
Sejarah
Di wilayah Bengkulu sekarang pernah berdiri kerajaan-kerajaan yang
berdasarkan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat
Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris,
Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Di bawah Kesultanan Banten,
mereka menjadi vazal.
Sebagian wilayah Bengkulu, juga pernah berada dibawah kekuasaan Kerajaan
Inderapura semenjak abad ke-17.
British East India Company (EIC) sejak 1685 mendirikan pusat perdagangan
ladaBencoolen dan kemudian gudang penyimpanan di tempat yang sekarang menjadi Kota
Bengkulu. Saat itu, ekspedisi EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley
untuk mencari pengganti pusat perdagangan lada setelah Pelabuhan Banten jatuh
ke tangan VOC, dan EIC dilarang berdagang di sana. Traktat dengan Kerajaan
Selebar pada tanggal 12 Juli 1685 mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng
dan berbagai gedung perdagangan. Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar
muara Sungai Serut.
Sejak 1713, dibangun benteng Marlborough (selesai 1719) yang hingga
sekarang masih tegak berdiri. Namun demikian, perusahaan ini lama kelamaan
menyadari tempat itu tidak menguntungkan karena tidak bisa menghasilkan lada
dalam jumlah mencukupi.
Sejak dilaksanakannya Perjanjian London pada tahun 1824, Bengkulu
diserahkan ke Belanda, dengan imbalan Malaka sekaligus penegasan atas
kepemilikan Tumasik/Singapura dan Pulau Belitung). Sejak perjanjian itu
Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda.
Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19
menjadikan tempat itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat
ini, kegiatan penambangan komersial telah dihentikan semenjak habisnya deposit.
Pada tahun 1930-an, Bengkulu menjadi tempat pembuangan sejumlah aktivis
pendukung kemerdekaan, termasuk presiden Soekarno. Di masa inilah Soekarno
berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi isterinya.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Bengkulu menjadi keresidenan dalam provinsiSumatera
Selatan. Baru sejak tanggal 18 November 1968 ditingkatkan statusnya
menjadi provinsi ke-26 (termuda sebelum Timor Timur).
0 comments:
Post a Comment